Kala sore hadir menerka hari yang melelahkan,akupun
hanya duduk santai dialun-alun teras rumahku sambil membawa sebuah buku dan
music player dengan genre jazz classic sebagai pengantarnya. Tak sadar kulihat
langit luas terhampar bebas dengan begitu indahnya,belum sempat aku mengagumi
indahnya salah satu kekuasaan allah,aku tersadar kalau seseorang telah
meneriakkan namaku berulang-ulang tanda perintah agar diriku cepat menghadap
dirinya. Dia bukan seorang raja yang kuat nan berkuasa,dia hanyalah seorang wanita
yang sudah cukup berumur tapi belum dapat kita golongkan dalam usia tua. Ya
benar,dialah wanita terhebat yang pernah ada dimuka bumi,dia ibuku. Orang yang
dengan tulus dan ikhlasnya membawaku ke dunia lalu membesarkanku dengan segala
upaya yang dilakukannya agar diriku tumbuh secara positif. “Vin,tolong belikan ibu sebotol kecap manis, nampaknya masakan ibu
terasa kurang tanpa kecap” ujar
ibuku seraya memerintahkanku untuk membeli sebotol kecap manis, “Ahh,mengapa ibu tak menyuruh adik saja?
Saya sedang malas” ucapku
menolak. Wajahnya yang tadinya terlihat
sedikit berharap akan anaknya bisa diseraya,lantas berubah mimiknya menjadi
sorot yang kecewa. Akupun pergi meninggalkannya keluar rumah,kembali ke teras
rumahku. Entah apa yang sedang kukerjakan,setauku aku sedang tidak melakukan
apa-apa selain menatap langit sembari mendengarkan lagu,terlintas dibenakku “Ahh mengapa aku begitu bodoh menolak
perintah orang yang paling sempurna bagiku?” Aku terus memaki diriku
sendiri seraya terus menatap indahnya biru langit. Speechless,tak tahu harus
berkata apa. Aku pun lantas pergi masuk kedalam bilik rumahku,kembali menemui
orang yang telah aku buat sakit hati beberapa menit yang lalu. “Bu,maaf vino tadi sedang ada pekerjaan,mari
bu sini vino belikan kecapnya” ujarku
seraya memegang tangan ibuku. “Oh iya
vin,ini uangnya. Hati-hati ya vin”
pesan ibuku sambil merogoh kantong lalu memberikan beberapa kertas uang.
Hatiku bertambah berkecamuk ketika mendapat pesan dari ibuku barusan,bagaimana
tidak? Jarak rumahku dengan toko yang akan kusambangi hanyalah beberapa
langkah,tidak lebih jauh dari 100 meter,tetapi ibuku tetap memberikan sedikit
pesan untuk setidaknya berhati-hati dalam perjalanan walaupun dirinya tahu
jarak rumah dengan toko tidaklah jauh. Subhanallah
gumamku dalam hati,begitu mulianya hati wanita itu,padahal baru saja kulihat
dari ekspresi raut wajahnya kalau dirinya sedang kecewa akibat dari penolakan
yang tadi kulakukan. Kukira dia merasakan sedikit sakit hati,akan tetapi
dirinya tetap saja memberikanku sedikit pesan yang menandakan bahwa dirinya
tidak pernah menyimpan sedikit amarah apalagi dendam terhadap diriku. Lalu
pergilah diriku ke toko tersebut,lantas kubeli kecap manis pesanannya dan terlintas
gagasan dalam fikiranku untuk memberikannya sebuah cokelat yang jelas aku tahu
bahwa benda itu merupakan panganan kesukaannya dari dahulu. Sampainya kerumah
aku lantas memberikannya kecap dan sisa kembalian uang dari pembelianku tadi,
lalu selang beberapa menit,aku yang daritadi hanya memandangi wajahnya yang
nampak cantik walau sudah tak lagi muda,lantas memberikannya sebuah cokelat
yang kubeli ditoko tadi. “Ini bu untuk
ibu,vino tau ini kesukaan ibu” ujarku. “Terimakasih
vino,kau memang tahu kesukaan ibu dari dulu” ucap ibuku seraya menerima cokelat itu dengan
tangan kanannya. Terlihat wajah gembira sekaligus terharu yang tergambar jelas
dari ekspresi wajahnya. Senangnya hatiku melihat orang yang paling spesial
dalam hidupku dapat terlihat senang karena diriku. “Terimakasih bu,vino sayang ibu” ucapku dari dasar hati. Dia balas
hanya dengan sebuah senyuman manis yang dibarengi dengan gerakan memelukku.
Well,dari segelintir kisah diatas readers pasti sudah
pernah mengalami hal tersebut,jika kita benar-benar telaah,sesungguhnya rasa
bersalah vino tadi timbul usai dia terus memandangi hamparan langit nan luas.
Dari situ kita bisa dapatkan satu poin bahwa dikala kita menginginkan
ketenangan dan kedamaian dalam guna mendapatkan suatu inspirasi ataupun
pencerahan,ada baiknya pandanglah langit biru nan luas. Dari segelintir kisah
diatas kita juga bisa menarik kesimpulan bahwa,jangan takut mengakui kesalahan
dengan siapapun,terutama dengan orangtua kita. Usahakan jangan pernah
membuatnya kecewa. Bahagiakanlah walau hanya dengan hal kecil. Satu lagi,ada persamaan antara Ibu dan Langit,keduanya terlihat indah setiap saat dan sangatlah memiliki tingkat yang tinggi dalam segala aspek,termasuk untuk ditaklukkan. Ingat ibu sangatlah sukar untuk ditaklukkan (Di buat dendam akan pola anaknya) karena memang ibu merupakan manusia paling sempurna psikisnya dibanding siapapun.
Semoga cerita pendek diatas mampu memotivasi ataupun
sedikit merubah jalan fikiran kalian yang masih sering menganggap orangtua kita
sebagai sosok yang kerap terabaikan. Semoga bermanfaat My Readers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar