28 Januari 2014

Tribute to Dedek Mareta Setya Budi



28 Januari 2014


Langit terlihat cerah, tak ada indikasi kalau pada hari ini adalah hari berkabung. Setidaknya hanya aku yang mungkin 'terlambat' tahu kabar itu.

'Lang, ado budak LPM yang meninggal ye?'

'Baseng bae kauni Rin!'

'Lah, PM Sheilla samo Kak Desi tadi, terus Tweet mereka'

'Serius, Rin? Siapo emangnyo?'

'Dedek, Dedek kalo dak salah. Ini nah' terang Arini sembari memperlihatkan hape-nya.

Aku terdiam, kuabaikan materi dosenku, kutatap langit dari balik pintu kaca.

'Kak, bener nian apo kabar Kak Dedek tu?'

'Bener, Lang'  pesan singkat dari Kak Abdan yang akhirnya mengakhiri rasa penasaran itu.

Rasaku makin berkecamuk. Karena memang mereka sudah kuanggap seperti keluarga-ku sendiri. Kutinggalkan mata kuliah-ku, beserta dosen pengampu yang telah hadir di kelas. Pergi sendiri ke daerah Palembang yang sebelumnya sangat jarang kusentuh.

Sesampainya disana, telah menunggu keluarga LPM GS yang berniat untuk makan siang bersama. Dan tibalah diriku di kediaman saudara Dedek Mareta Setya Budi, orang yang akan aku kupas dalam postingan ini.

Wajahnya nyaris tak menampakan wajah seperti telah pergi, walau tak tersenyum (seingatku), wajahnya menampilkan ekspresi seperti saat ia tidur. Seusai ikut men-shalatkan, dan ikut mengiringi menuju liang lahat, tempat peristirahatan terakhirnya (yang kala itu disesaki oleh isak tangis keluarga, dan rekan sejawatnya), saya baru bisa mengingat apa saja yang telah kami atau kita lewati bersama.

Beliau adalah salah satu pengisi materi dalam PJTD 2013 di kampus km.5, di sanalah saya bertemu dengan beliau untuk pertama kali. Tapi, pada saat kunjungan redaksi ke Ibukota, disanalah puncak keakraban itu hadir. Berada di-satu bus dalam 5 hari perjalanan, membuat saya tahu kalau beliau adalah salah satu sosok manusia yang mengasyikan yang pernah saya temui!
Bukan hanya tentang dirinya yang kerap jadi korban saat bercanda, beliau juga bisa jadi teman berbagi  yang benar-benar mengasyikan. Setuju?

Cewek, Wanita, Betino adalah topik dan subtopik yang tak akan pernah habis kami bahas apabila telah ada dalam satu ruang bicara. Kegemarannya akan musik dan film manca juga makin membuat saya nyaman saat berbagi dengannya.
Ilmu bermain set-sot yang beliau ajarkan saat event tahun baru'an bareng GS, juga salah satu momen yang gak bakal bisa saya lupakan. Mengisi wishlist bersama, di pohon harapan 2014 jugaa!
Rajin beribadah, adalah salah satu sifatnya yang bikin saya malu untuk tidak beribadah saat saya bersama beliau maupun keluarga GS. Ramah, bersahaja dan pengertian (bukan dalam arti yang ...) cuma segelintir sifat yang bikin saya kagum dengan beliau. Ditambah lagi pada saat saya tahu kalau waktu sakit, beliau tidak mau memberitahukan hal itu kepada keluarganya, dikarenakan dirinya tidak mau merepotkan kedua orangtua-nya. WOW! Sudah sangat sulit menemukan laki-laki seperti beliau ditengah zaman yang terkadang menuntut kita untuk selalu menadahkan tangan kepada orangtua kita.

Entah apalagi yang harus saya tulis kali ini, kalau memang ingin dituliskan semuanya, tak mungkin saya bisa selesaikan dalam beberapa jam. Saya tak tahu bagaimana jadinya apabila yang menuliskan postingan ini adalah mereka yang telah kenal lama dengan beliau.
Yang jelas, hari ini secara tidak langsung, beliau telah mengajarkan saya untuk
Tidak menggantungkan hidupmu kepada orangtua-mu, sesulit apapun keadaan-mu.
Satu lagi, saya juga salut kepada kedua orangtua-nya, pacar beliau, dan teman-teman beliau yang terlihat tabah, walaupun sebenarnya saya tidak tahu bagaimana perasaan mereka, dikarenakan  mereka telah kehilangan salah satu keluarga/sahabat terbaik mereka.

Well, sebaik-baiknya jalan hidup kita, Allah pasti tahu yang mana yang lebih baik. Mungkin tempat terbaik Kak Dedek bukan di sini, tapi di-sana. Terimakasih banyak dan Maaf yang sebesar-besarnya, kak. Rest in Peace, brother. We will miss you!

Inzet:



*tulisan ini saya tulis untuk menghormati wafat-nya Kak Dedek*

1 komentar: